analisis dampak sosial dari pembangunan lingkungan
Analisis dampak sosial dari pembangunan
lingkungan
(Resort Dago Pakar Bandung)
Instrumen
pertanyaan :
Sasaran
pertanyaan kepada warga, tokoh masyarakat, RT/RW dan Pedagang
1. Sejarah
sebelum pembangunan Resort Dago Pakar
2. Bagaimana
keadaan sebelum dan sesudah dibangunnya Resotr Dago Pakar
3. Bagaimana
dampak positif dan negatif atas pembangunan tersebut
4. Apakah
ada tempat sejarah, makam, dan tempat ibadah yang hilang akibat pembangunan
5. Apakah
ada kerabat yang pindah karena pembangunan
Hasil dari wawancara dan observasi
yang sudah saya lakukan kepada warga Ciburial, Mekar Salayu, dan Cekungan
menyatakan bahwasannya :
Desa Ciburial
Menurut
pernyataan warga Ciburial kita tidak begitu merasakan dampak dari pembangunan
Resort Dago Pakar dikarenakan kelurahan Ciburial hanya terkena pada pembangunan
jalan utama Resort Dago Pakar jadi gak begitu menjadi masalah, namun ada
sedikit perubahan yang kami rasakan yaitu kalo dulu sepi kalau sekarang rame
dan berisik selain itu.
Dampak
positif yang dirasakan oleh warga dari pembangunan Resort Dago Pakar ini ialah
warga memiliki akses untuk ke kota yang menyingkat waktu, ramai, dan akses
jalan yang baik. Selain itu Resort Dago Pakar juga menyerap tenaga kerja warga
kami khususnya pada wanita, kalau dulu wanita menjadi ibu rumah tangga dan
berkebun sekarang sebagian wanita (ibu) dapat bekerja menjadi tukang
bersih-bersih taman di Resort Dago Pakar.
Desa Mekar Salayu
Menurut
beberapa warga dan bapak aceng selaku tokoh masyarakat dan RT meyatakan
bahwasannya sebelum dibangunnya resort dago pakar sebagian daerah Mekar Salayu
yang terkena pembangunan Resort Dago Pakar dulunya adalah perkebunan, permukiman
umum yang beberapa tanahnya dijual ke pihak Resort, dulunya juga terdapat 6
pemakaman umum dan 1 makam (nenek moyang) yang tergusur karena pembangunan Resort Dago
Pakar.
Menurut
keterangan beberapa warga adanya pembangunan tersebut akses sekarang lebih
mudah karena adanya jalan dan sebagian warganya dapat bekerja di Resort Dago Pakar
(satpam, buruh bangunan, dan tukang bersih-bersih) namun dari pembangunan Resort Dago Pakar juga
memiliki beberapa pengaruh negatif yang diantaranya adalah hilangnya makam
kerabat, mengurangnya lahan pemakaman, menyempitnya lahan perkebunan, dan mata
pencaharian warga yang mulai bergeser karena dulunya warga hanya mengandalkan
berkebunan, berdagang, dan merantau.
Menurut
pedagang, pembangunan Resort Dago Pakar ini
juga menimbulkan kerugian yang signifikan bagi pedagang karena terpecahnya
permukiman warga selain itu pembangunan perumahan elit ini juga tidak
bisamenunjang perekonomian warga karena adanya batasan antara sikaya dan
simiskin (pemukiman elit dan pemukiman kumuh) hal ini tidak memungkinkan untuk
sikaya membeli dagangan dari warga Mekar Salayu yang sebagaian warga hanya
menjual makanan, warung belanja, toko
kecil, menjual sayur dan buah yang kurang begitu dinikmati oleh sikaya, karena
sikaya lebih dominan memilih membeli ke supermarket yang lebih lengkap, bersih,
dan bagus (labeling) sehingga tidak menuntut kemungkinan sebagian warga Mekar
Salayu yang berhenti untuk berdagang dan usaha.
Desa Cekungan
Menurut
beberapa warga dan pak RW desa cekungan banyak dari warganya memang sudah menjual
tanahnya kepada resort dago pakar jadi banyak dari warganya sudah pindah ke
kota dan luar kota dari hasil jual tanahnya. Namun sebelum dibangunnya resor
dago pakar ini beberapa daerah cekungan adalah perkebunan, tempat ibadah (Masjid),
dan beberapa pemukiman warga.
Dari
hasil pembangunan Resort Dago Pakar ini pak Asep (RW) menyatakan bahwasannya
ada pergeseran budaya yang dulunya masyarakat disini dapat secara mudah untuk beribadah berjamaah, berinteraksi dan bersosialisasi satu dengan yang lain sekarang beberapa warga begitu lebih suka dirumah mungkin karena pembangunan yang tidak menyeluruh tersebut menjadikan warga desanya berjarak dan terpisah karena ada beberpa juga warga yang tidak menjual tanahnya dulu.
Namun menurut pak RW ada juga salah satu warganya yang masih memperjuangkan tanahnya kepada pembangunan perumahan baru di Resort Dago Pakar yaitu pak dahlan asli dari Medan. “kemudian saya bertemu dengan pak Dahlan”
Menurut pak dahlan tanahnya ini adalah milik keluarganya dulu dan menurut keterangan pak dahlan tanah yang dimilikinya belom dijual kepada Resort Dago Pakar jadi ia menolak atas pembangunan jalan dan perumahan elit baru di Resort Dago Pakar yang sebagian pembangunannya memakan sebagian tanah, rumah, dan usaha dari pak Dahlan (RM ikan bakar) walaupun ada beberapa pihak yang menekan penggusuran aset pak Dahlan namun pak dahlan masih memeperjuangkan hak pak Dahlan.
Pak Dahlan menjelaskan bahwasannya adanya pembangunan Resort Dago Pakar ini sangat merugikan saya, saya harus berhadapan dengan hukum, tempat usaha kami juga sepi dari pembeli karena umbrukan tanah dan jalan yang kurang memadai, selain itu keluarga saya menjadi sendiri di daerah sini, karena hanya tinggal rumah saya, walaupun saya memiliki tetangga baru namun itu tetangga yang beda karena dia kaya sedangkan saya biasa lagian saya juga tidak diharpakan oleh mereka untuk menjadi tetangganya, saya dan kerabat juga menjadi sulit untuk menjalin silaturahmi karena akses jalan, pengamanan Resort Dago Pakar yang begitu sangat ketat karena masalah sengketa saya.
Hasil Analisis
Dari hasil wawancara dan observasi diatas dapat saya simpulkan menjadi 3 golongan yang diantaranya :
Struktural : Dari 3 desa yang menjadi korban dari pembangunan lingkungan dapat saya simpulkan bahwasannya dampak sosial pembangunan Resort Dago Pakar yaitu hilangnya mata pencaharian, megurangnya pengahasilan dari pedagang, menyempitnya lahan perkebunan dan pemukiman.
Kultural : Adanya pemakaman yang hilang, tempat sejarah (makam nenek moyang) hilang sehingga warga tidak dapat lagi mengirim doa kepada kerabatnya yang sudah meninggal dan tidak dapat melangsungkan tradisi daerah kepada nenek moyangnya, pergeseran budaya yang dimana tadinya warga kelurahan cekungan dapat beribadah berjamaah, berinteraksi dan bersosialisasi sekarang menjadi apatis dan malas karena terpecahnya permukiman dan akses di desa.
Relasional : Adanya batasan antara sikaya dan simiskin (labeling) sehingga menjadi hambatan tersendiri untuk kedua belah pihak untuk berinterksi, sebagian warga juga menjadi kesulitan dalam menjalin tali silaturahmi dengan kerabatnya karena sebagian kerabatnya harus urbanisasi karena pembangunan Resort Dago Pakar.
Lampiran
Komentar
Posting Komentar